Setelah keringat membasahi seluruh tubuh dan beberapa kali memutar tubuhnya yang duduk bersila di atas batu,kadang-kadang dadanya, Sin Liong turun dari batu itu, menghapus peluh dengan saputangan lebar, kemudian setelah tubuhnya tidak berkeringat lagi, setelah dibelai bersilirnya angin pagi, dia mengenakan lagi pakaiannya dan pergi mengeluarkan bunga, daun, buah dan akar obat dari dalam gua untuk dijemur dibawah sinar matahari. Inilah yang menjadi pekerjaannya sehari-hari, selain mencangkok, memperbanyak dan menanam tanaman-tanaman yang berkhasiat. Menjelang tengah hari, mulailah berdatangan penduduk yang membutuhkan obat. Di antara mereka terdapat pula beberapa orang kang-ouw yang kasar dan menderita luka beracun dalam pertempuran. Untuk mereka semua, tanpa pandang bulu, Sin Liong memberikan obatnya setelah memeriksa luka-luka dan penyakit yang mereka derita. Lebih dari lima belas orang datang berturut-turut minta obat dan yang datang terakhir adalah seorang lakilaki setengah tua bertubuh tinggi besar, dipunggungnya tergantung golok dan dia datang terpincang pincang karena pahanya terluka hebat, luka yang membengkak dan menghitam. "Sin-tong, kau tolonglah aku..." Begitu tiba di depan gua dimana Sin Liong duduk dan memotong-motong akar basah dengan sebuah pisau kecil, laki-laki bermuka hitam dan bertubuh tinggi besar itu menjatuhkan diri dan merintih kesakitan. Sin Liong mengerutkan alisnya. Di antara orang-orang yang minta pengobatan, dia paling tidak suka melihat orang kang-ouw yang dapat dikenal dari sikap kasar dan senjata yang selalu mereka bawa. Namun , belum pernah dia menolak untuk mengobati mereka,bahkan diam-diam dia menilai mereka itu sebagai orang-orang yang berwatak serigala, yang haus darah, yang selalu saling bermusuhandan saling melukai, sehingga mereka ini merupakan manusia-manusia yang patut dikasihani karena tidak mengenai apa artinya ketentraman,kedamaian, dan kasih antar manusia yang mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan. "Orang tua gagah, bukankah dua bulan yang lalu kau pernah datang dan minta obat karena luka di lengan kirimu yang keracunan?" tanyanya sambil menatap wajah berkulit hitam itu. "Benar, benar sekali, Sin-tong. Aku adalah Sin-hek-houw (Macan Hitam Sakti) yang dahulu terkena senjata jarum beracun di lenganku.Akan tetapi sekarang, aku menderita luka lebih parah lagi. Pahaku terbacok pedang lawan dan celakanya, pedang itu mengandung racun yang hebat sekali.Kalau kau tidak segera menolongku,aku akan mati, Sin-tong." Sin Liong tidak berkata apa-apa lagi, menghampiri orang yang di atas tanah itu, memeriksa luka mengangga di balik celana yang ikut terobek. Luka yang lebar dan dalam, luka yang tertutup oleh darah yang menghitam dan membengkak,seluruh kaki terasa panas tanda keracunan hebat! Sin Liong menarik nafas panjang. "Lo-enghiong, mengapa engkau masih saja bertempur dengan orang lain, saling melukai dan saling membunuh? Bukankah dahulu ketika kau datang kesini pertama kali, pernah kau berjanji tidak akan lagi bertanding dengan orang lain?" Mata yang lebar itu melotot kemudian pandang matanya melembut. Tak mungkin dia dapat marah kepada anak ajaib ini. Seorang anak kecil berusia tujuh tahun dapat bicara seperti itu kepadanya, seolah-olah anak itu adalah seorang kakek yang menjadi pertapa dan hidup suci! "Sin-tong, aku adalah Sin-hek-houw, dan jangan kau menyebut Lo-enghiong (Orang Tua Gagah) kepadaku. Aku adalah seorang perampok, mengertikah kau? Seorang perampok tunggal yang mengandalkan hidup dari merampok orang lewat! Kalau aku tidak butuh barang, aku tentu tidak akan menganggu orang, dan kalau orang yang kumintai barangnya itu tidak melawan, aku tentu tidak akan menyerangnya. Akan tetapi, dua kali aku keliru menilai orang. Dahulu, aku menyerang seorang nenek yang kelihatan lemah, dan akibatnya lenganku terluka hebat. Sekarang,aku merampok seorang kakek yang kelihatan lemah, yang membawa barang berharga, dan akibatnya pahaku hampir buntung dan kini keracunan hebat. Kau tolonglah, aku akan berterima kasih kepadamu, Sin-tong danakan mengabarkan sesuatu yang amat penting bagimu". "Lo-enghiong, aku tidk membutuhkan terima kasih dan balasan. Aku mengenal khasiat tetumbuhan di sini,tetumbuhan itu tumbuh di sini begitu saja mempersilahkan siapapun juga yang mengerti untuk memetik dan mempergunakannya,tanpa membeli, tanpa merampas dan tanpa menggunakan kekerasan. Aku hanya memetik dan menyerahkan kepadamu,perlu apa aku minta terima kasih dan balasan? Lukamu ini hebat seluruh kaki sudah panas, berarti darahmu telah keracunan,Untuk mengeluarkan racunnya yang masih mengeram di sekitar luka, sebaiknya luka itu dibuka agar dapat diobati, tidak seperti sekarang ini ditutup oleh darah beracun yang mengering. Dapatkah kau membuka lukamu itu, Lo-enghiong?" Orang setengah tua itu membelalakan mata dan kembali dia kagum mendengar cara bocah itu bicara, akan tetapi keheranannya lenyap ketika dia teringat bahwa bocah ini adalah Sin-tong, anak ajaib! Maka dia lalu menghunus goloknya dan melihat berkelebatnya sinar golok, Sin Liong memejamkan matanya. Terbayan kembali tiga batang golok yang membacoki tubuh ayah bundanya, dan banyak golok yang kemudian membacoki tubuh tiga orang pencuri itu. Sin-hek-houw menggunakan ujung goloknya untuk menusuk dan membuka kembali luka di pahanya.